Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan kembali komitmen negaranya terhadap pembentukan negara Palestina. Hal ini ia sampaikan selama perjalanan singkat ke Tepi Barat yang diduduki pada Rabu (10/1/2024).
Seorang juru bicara menyebut Blinken mengatakan kepada Presiden Palestina dan Kepala Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas, bahwa AS meminta negara Palestina harus berdiri “dengan hidup dalam perdamaian dan keamanan” di samping Israel.
Namun para analis dan pihak lain di Ramallah mengatakan ekspektasi warga Palestina terhadap kunjungan Blinken yang dianggap oleh banyak warga sebagai pertunjukan teater “sangat rendah”.
“Satu-satunya tujuan adalah memberikan waktu kepada Israel untuk menghabisi Gaza,” kata Atef al-Hamoud, pejabat pemerintah setempat, seperti dikutip The Guardian.
Ketika Blinken tiba di bawah pengamanan ketat di markas besar Abbas di Ramallah, sekelompok pengunjuk rasa berkumpul dan mengangkat poster bertuliskan: “Hentikan genosida”, “Bebaskan Palestina”, dan “Blinken keluar”. Beberapa orang bentrok dengan pasukan keamanan Palestina yang mengenakan perlengkapan anti huru-hara.
“Perang ini telah merusak citra AS di semua negara Arab, tidak hanya di Palestina. Tidak ada yang bisa mengabaikan diplomasi tidak adil mereka. Selama tiga bulan yang dilakukan AS hanyalah melindungi Israel,” kata Jamal Zakout, seorang analis.
Pada Selasa sebelumnya, Blinken telah bertemu dengan para pejabat tinggi Israel dan mengulangi seruan untuk perlindungan yang lebih besar terhadap warga sipil, lebih banyak bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza, serta penduduk diizinkan kembali ke rumah jika memungkinkan.
Blinken juga mengatakan AS memiliki kewajiban untuk berterus terang kepada teman-temannya dan menyerukan Israel untuk membuat “keputusan sulit”.
AS telah menawarkan dukungan kuat kepada Israel sejak pecahnya perang dengan Hamas tiga bulan lalu, namun penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal memberikan rencana publik yang rinci untuk pemerintahan Gaza ketika serangan militer Israel berakhir telah membuat marah Washington.
Israel sejauh ini mengesampingkan seruan untuk mengizinkan PA yang diakui secara internasional untuk memerintah Gaza dan Tepi Barat yang diduduki setelah konflik berakhir. Sebaliknya, Israel menyarankan beberapa bentuk pemerintahan yang melibatkan pialang kekuasaan atau klan lokal, dengan Pasukan Pertahanan Israel memainkan peran pengawasan yang signifikan.
Netanyahu, yang kekuasaannya bergantung pada dukungan sayap kanan, juga mengabaikan tekanan AS untuk mengekang para menteri yang menyerukan emigrasi sukarela massal warga Palestina dari Gaza. Washington mengatakan retorika seperti itu “menghasut dan tidak dapat diterima”.
Terlepas dari keluhan Blinken bahwa “jumlah korban harian warga sipil di Gaza yang terlalu tinggi”, pertempuran sengit terus berlanjut di Gaza dengan bentrokan di tengah dan selatan.
Setidaknya 23.570 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas selama serangan Israel di Gaza. Sebagian besar wilayah tersebut telah hancur, dengan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dan menghadapi krisis kemanusiaan yang akut. Pejabat setempat mengatakan setidaknya 147 orang tewas dalam 24 jam sebelumnya. https://katasungokong.com/